Kabar perihal prestasinya di bidang kedirgantaraan sangat membanggakan. Bahkan, ia disebut-sebut sebagai "The Next Habibie". Sayangnya, semua klaim prestasi prestasi itu hanya isapan jempol belaka. Kedok dan kebohongan besar Dwi Hartanto sekarang terbongkar. Selama beberapa bulan ini, cukup banyak tokoh nasional yang sudah menjadi korban kebohongannya.
Dwi Hartanto seorang pelajar Indonesia di TU Delft Belanda setahun terakhir memberikan klaim-klaim prestasi yang cukup mencengangkan. Ia mengaku sebagai seorang yang jago di bidang tekonologi kedirgantaraan (Aerospace Engineering) menyerupai teknologi roket, satelit dan pesawat tempur.
Sejumlah prestasi yang diklaim oleh Dwi Hartanto di antaranya yaitu merancang bangkit Satellite Launch Vehicle berjulukan TARAV7s (The Apogee Ranger versi 7s). Proyek itu disebutkan sebagai proyek dari NLR, Airbus Defence, Dutch Defence.
Dwi Hartanto mengaku tengah menggarap proyek strategis untuk International Space Station (ISS). Di proyek ini, ia mengaku sebagai technical director. Ia juga menyebut dirinya sebagai satu-satunya orang non-Eropa yang masuk ring 1 teknologi ESA.
Klaim prestasinya semakin mentereng alasannya yaitu ia menyebut telah memenangkan lomba riset teknologi antar space dunia di Jerman pada tahun 2017. Dwi Hartanto mengusung tema Lethal weapon in the sky. Ia juga mengaku telah mendapatkan beberapa paten di bidang teknologi luar angkasa.
Untuk menciptakan informasi tetang dirinya semakin fantastis, Dwi Hartanto mengaku masih berusia 28 tahun. Padahal, faktanya ia lahir pada tahun 1982. Dwi Hartanto juga mengaku pernah bertemu dengan B.J Habibie. Bahkan, B.J Habibie yang disebut-sebut meminta untuk bertemu dengannya di sebuah restoran di Belanda.
Saat itu, ia berkisah B.J Habibie mewanti-wanti supaya Dwi Hartanto tetap mempertahankan kewarganegaraannya. Maklum, ia mengaku terus menerus ditawari pindah kewarganegaraan oleh pemerintah Belanda. Alasannya, Dwi Hartanto memegang sejumlah proyek strategis di bidang pertahanan Belanda yang bersifat rahasia.
Yang benar, Dwi Hartanto pernah meminta KBRI untuk memfasilitasi pertemuan dengan B.J Habibie, namun itu tidak pernah terlaksana. Kaprikornus pertemuan dan klaim pernyataan Habibie perihal Dwi Hartanto yaitu palsu.
Berikut ini isi lengkap permohonan maaf Dwi Hartanto yang diterbitkan oleh PPI TU Delft Belanda:
KLARIFIKASI DAN PERMOHONAN MAAF
Bismillahirrahmanirrahiim
I. Pembukaan
Pertama-tama, saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia nikmat-Nya bagi kita semua. Kedua, saya juga mengucapkan terima kasih kepada banyak sekali pihak yang memungkinkan diselenggarakannya pernyataan tertulis/media ini.
Sebagaimana kita ketahui, di beberapa waktu terakhir ini telah beredar informasi berkaitan dengan diri saya yang tidak benar, baik melalui media massa maupun media sosial. Khususnya perihal kompetensi dan latar belakang saya yang terkait dengan bidang teknologi kedirgantaraan {Aerospace Engineering) menyerupai teknologi roket, satelit, dan pesawat tempur. Melalui dokumen ini, saya bermaksud memberikan penjelasan dan memohon maaf atas informasi-informasi yang tidak benar tersebut.
Saya mengakui bahwa kesalahan ini terjadi alasannya yaitu kekhilafan saya dalam memberikan informasi yang tidak benar (tidak akurat, cenderung melebih-lebihkan), serta tidak melaksanakan koreksi, verifikasi, dan penjelasan secara segera sehabis informasi yang tidak benar tersebut meluas. Ketidakakuratan informasi yang saya sebutkan sebelumnya belakangan ini terkuak selebar-Iebainya, dan menjadikan kegelisahan di masyarakat Indonesia, khususnya di antara alumni almamater saya, TU Delft (Technische Universiteit Delft). Akan tetapi, dari awal saya tidak ada maksud dan impian untuk secara sengaja merugikan dan bahkan menyerang individu atau lembaga-lembaga yang terkait.
Untuk itu, izinkan saya dalam kesempatan ini melaksanakan penjelasan secara detail, yang akan dijabarkan pada bab-bab berikutnya.
I I. Klarifikasi Umum Latar Belakang
Fakta-fakta pertama terkait dengan latar belakang akademik saya. Saya yaitu lulusan SI dari Insititut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Informatika, lulus pada 15 November 2005. Saya bukan lulusan dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, sepeiti informasi yang banyak beredar.
Program Master S2 saya jalani di TU Delft, Faculty of Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science, dengan tliesis berjudul "Reliable Ground Segment Data Handling System for Delfi-nJXt SatelliteMission", di bawah bimbingan Dr. Ir. Georgi Gaydadjiev, selesai pada Juli 2009. Penelitian master saya ini memang beririsan dengan sistem satelit, tetapi dalam kaitan dengan belahan satellite data telemetri dan ground segment networii platform-nya.
Saat ini saya tengah menuntaskan studi S3 saya di gi-up riset Interactive Intelligence, Dept. of Intelligent Systems, pada Fakultas yang sama di TU Delft, di bawah bimbingan Prof. M.A. Neerincx dengan judul disertasi "Computer-based Social Anxiety' Regulation in Virtual Reality Exposure Therapy"
Dengan demikian, posisi saya yang benar yaitu seorang mahasiswa doktoral di TU Delft. Informasi
mengenai posisi saya sebagai Post-doctoral apalagi Assistant Professor di TU Delft yaitu tidak benar.
III. Klarifikasi Fakta Berita di Media Massa Nasional
Terkait pemberitaan perihal saya di beberapa media massa nasional pada tahun 2015, yang sanggup diakses antara lain pada tautan berikut ini:
1. https://news.detik.com/berita/2941242/dari-belanda-putra-indonesia-sukses-ciptakan-wahanamutakhir-luar-angkasa,
2. https://tekno.tempo.co/read/680859/mahasiswa-asal-indonesia-di-belanda-sukses-orbitkan-satelit
Klarifikasi saya adalah:
• Tidak benar bahwa saya yaitu kandidat doktor di bidang space technology & rocket development.
Saya yaitu kandidat doktor di bidang Interactive Intelhgence (Departemen Intelligent Systems)
menyerupai yang dijabarkan di Bab II.
• Tidak benar bahwa saya dan tim telah merancang bangkit Satellite Launch Veiiicle. Yang benar
yaitu bahwa saya pernah menjadi anggota dari sebuah tim beranggotakan mahasiswa yang
merancang salah satu subsistem embedded flight computer untuk roket Cansat V7s milik DARE
(Delft Aerospace Rocket Engineering), yang merupakan belahan dari acara roket mahasiswa di TU
Delft.
• Proyek ini yaitu proyek roket amatir mahasiswa. Proyek ini bukan proyek dari Kementrian
Pertahanan Belanda, bukan proyek Pusat Kedirgantaraan dan Antariksa Belanda (NLR), bukan pula
proyek Airbus Defence ataupun Dutch Space. Mereka hanya sebagai sponsor-sponsor resmi yang
memberikan bimbingan serta dana riset.
• Tidak benar bahwa pernah ada roket yang bemama TARAVTs (The Apogee Ranger versi 7s). Yang
ada yaitu DARE Cansat V7s.
IV. Klarifikasi Fakta Mata Najwa
Terkait dengan progi'am Mata Najwa Metro TV yang saya diwawancarai pribadi oleh Najwa Shihab, yang sanggup diakses di: http://video.metrotvnews.com/plav/2016/ll/12/612154/612154/mata-najwa-goes-tonetherlands-jejak-bapak-bangsa-5.
Klarifikasi saya adalah:
• Tidak benar bahwa saya sedang melaksanakan Post-doctoral maupun sebagai Assistant Profesor TU
Delft. Yang benar yaitu ketika wawancara terjadi hingga ketika ini saya merupakan mahasiswa doktoral
(seperti dijabarkan di Bab II).
• Tidak benar juga bahwa saya bergerak dalam penelitian di bidang satellite teclmology and rocket
development. Topik penelitian doktoral saya ketika ini yaitu dalam bidang intelligent systems
khususnya virtual reality (seperti dijabarkan di Bab II).
• Proyek yang diekspose dalam progi-am Mata Najwa tersebut bukan suatu proyek strategis untuk ISS
(International Space Station). Proyek itu yaitu proyek roket mahasiswa Stratos dari ekstrakurikuler
mahasiswa DARE TU Delft, sebagaimana saya jelaskan di Bab III. Itu pun peranan teknis saya saat
itu yaitu pada pengembangan///g/ïf control module dari roket tersebut.
• Saya bukan technical director pada proyek roket dan satelit tersebut di atas.
• Dengan demikian informasi bahwa saya satu-satunya orang non-Eropa yang masuk di ring 1
teknologi ESA yaitu tidak benar.
V. Klarifikasi Fakta Kemenangan Kompetisi Antar-Space Agency Luar Angkasa DLR
Terkait dengan informasi mengenai kemenangan saya di lomba riset teknologi wm-space agency dunia di Jerman 2017, yang sanggup diakses di: http://citizen6.liputan6.com/read/2978096/dr-ir-dwi-hartanto-raihprestasi-gemilang-di-belanda).
Klarifikasi saya adalah:
• Saya mengaloii bahwa ini yaitu kebohongan semata.
• Saya tidak pernah memenangkan lomba riset teknologi mt&v-space agency dunia di Jerman pada
tahun 2017.
• Saya memanipulasi template cek hadiah yang kemudian saya isi dengan nama saya disertai nilai
nominal EUR 15000, kemudian berfoto dengan cek tersebut. Foto tersebut saya publikasikan melalui
akun media umum saya dengan dongeng klaim kemenangan saya.
• Teknologi "Lethal weapon in tiie sky" dan klaim paten beberapa teknologi yaitu tidak benar dan
tidak pernah ada.
• Informasi mengenai saya bersama tim sedang mengembangkan teknologi pesawat tempur generasi
ke-6 yaitu tidak benar.
• Informasi bahwa saya (bersama tim) diminta untuk mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon
di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG yaitu tidak benar.
• Lokasi pengambilan foto yang bahwasanya yaitu di gedung Space Business Innovation Centre di
Noordwijk, Belanda, ketika saya mengikuti lomba hackathon Space Apps Challenge. Perlombaan ini
terbuka untuk pelajar dan profesional. Saat itu saya bergabung dalam suatu tim mahasiswa dan kami
tidak menang. Topik tim kami dalam lomba ini yaitu "Monitoring groundwater ciwnges tJtrougli
satellite technology".
VI. Klarifikasi Fakta di Wawancara dengan Bapak B.J. Habibie Menjemput Impian
Terkait dengan progi-am tajuk "Menjemput Impian" yang ditayangkan oleh Metro TV pada bulan Agustus 2017, di Metro TV, yaitu terdapat wawancara Bapak B.J. Habibie oleh Don Bosco Selamun, yang menampilkan profil singkat saya secara sekilas. Rekaman wawancara tersebut sanggup diakses pada tautan berikut: https://voutu.be/bxM4kTzqWrI.
Klarifikasi saya adalah:
• Usia saya ketika ini bukan 28 tahun, alasannya yaitu menurut dokumen resmi saya tercatat lahir pada 13
Maret 1982.
• Tidak benar bahwa Sl saya dari Tokyo Institute of Technology, Jepang. Sl saya yaitu dari Institut
Sains dan Teknologi Akademi Perindustrian (1ST AKPRIND) Yogyakarta (seperti dijabarkan di Bab
II).
• Adalah benar bahwa S2 saya dari TU Delft. Tesis S2 saya yaitu perihal sistem komputer untuk
interface interaktif data telemetri satelit, bukan perihal Spacecraft Research and Development
menyerupai teknologi roket, satelit, maupun pesawat tempur (detail pada Bab II).
• Tidak benar bahwa saya merancang dan meluncurkan roket the Apogee Ranger versi 7s (TARAV7s).
Dan tidak benar juga bahwa pernah ada roket dengan nama tersebut (sepeiti dijabarkan di Bab III).
VII. Klarifikasi seputar pertemuan dengan Bapak B.J. Habinie
Terkait dengan informasi mengenai pertemuan saya dengan bapak B.J. Habibie, yang sanggup diakses di:
http://batampos.co.id/2016/12/22/dwi-hartanto-doktor-aerospace-engineering-vang-diraYU-jadi-wnbelanda/?fref=gc&dti=59806733482.
Klarifikasi saya adalah:
• Tidak benar bahwa Bapak B.J. Habibie yang meminta untuk bertemu. Sebelumnya saya telah
meminta pihak KBRI Den Haag untuk dipertemukan dengan Bapak B.J. Habibie.
• Tidak benar bahwa Belanda memperlihatkan saya untuk mengganti paspor atau kewarganegaraan.
• Tidak benar bahwa riset saya menggarap bidang national security Kementerian Pertahanan Belanda,
ESA (European Space Agency), NASA, JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), serta Airbus
Defence (seperti dijabarkan di Bab III).
• Tidak benar bahwa saya terlibat dalam penyempurnaan teknologi pesawat tempur Eurofighter
Typhoon generasi anyar milik Airbus Defence.
• Tidak benar bahwa saya telah mengantongi tiga paten di bidang spacecraft teciinology.
• Tidak benar bahwa kuliah jadwal Master (S2) saya didanai oleh pemerintah Belanda. Kuliah S2
saya di TU Delft didanai oleh beasiswa yang dikeluarkan oleh Depkominfo, Republik Indonesia.
VIII. Klarifikasi mengenai informasi yang disebarkan melalui akun media sosial
Terkait dengan informasi yang tidak benar yang saya sebarkan melalui akun media umum saya, yaitu
Facebook saya yang ketika ini sudah saya non-aktifkan (sebelumnya:
https ://www.facebook.coiTi/nikolaus.kopernikus).
Klarifikasi saya adalah:
• Semua informasi mengenai persiapan dan peluncuran roket TARAV7s melalui rangkaian postingan
saya yang dimulai pada tanggal 9 Juni 2015 yaitu tidak benar. Namun sebenamya informasi
tersebut mempakan rangkaian persiapan peluncuran roket DARE Cansat V7s.
• Tidak benar bahwa saya pernah mengerjakan proyek satelit pesanan Airbus (AirSat-ABX),
sebagaimana tertulis pada postingan saya pada 3 Februari 2017.
• Tidak benar bahwa saya diwawancarai oleh TV Nasional Belanda NOS mengenai pengembangan
spacecraft technology dengan misi mendaratkan insan di planet Mars, sebagaimana tertulis pada
postingan saya pada 24 Februari 2017.
• Tidak benar bahwa saya menjadi pemenang kompetisi riset kategori spacecraft aniav-Space Agency
dari selurah dunia menyerupai ESA, NASA, DLR, JAXA, UKSA, CNS A, KARI, AEB, INTA,
sebagaimana tertulis pada postingan saya pada 7 Mei 2017.
• Tidak benar bahwa saya merupakan Direktur Teknik ESA/ESTEC menyerupai yang tertera dalam ID card dalam foto postingan saya pada 15 Juni 2017 (lihat juga Bab IV).
Untuk menghindari semakin tersebarnya informasi-informasi yang tidak benar tersebut, maka saya telah melaksanakan deaktivasi akun Facebook saya per tanggal 10 September 2017. Untuk kedepannya saya berjanji akan memakai media umum secara bijak dan tidak lagi menyebarkan informasi-informasi yang salah maupun yang menyesatkan, yang sanggup merugikan banyak pihak.
IX. Klarifikasi mengenai keterlibatan dalam jadwal Visiting World Class Professor
Klarifikasi saya yaitu sebagai berikut:
• Kehadiran saya memenuhi undangan jadwal Visiting World Class profesor di Jakarta yaitu benar,
sebagaimana postingan saya di akun Facebook pada 27 Desember 2016. Akan tetapi tidaklah benar
saya mempunyai kompetensi sebagaimana yang menjadi alasan saya diundang pada jadwal tersebut.
• Pada ketika mengikuti jadwal tersebut, saya bukanlah seorang doktor ataupun assistan t professor pada
bidang kedirgantaraan menyerupai roket dan pesawat tempur. Namun saya ketika itu masih merupakan
mahasiswa doktoral (seperti dijabarkan di Bab II).
X. Klarifikasi Ketidakterkaitan dengan PhD
Pada belahan ini, saya hendak mengklarifikasi bahwa saya tidak pernah menempuh studi ataupun mempunyai gelar akademik yang berkaitan dengan kedirgantaraan {Aerospace Engineering). Riset saya ketika Master di TU Delft memang beriiisan dengan sebuah sistem satelit, tetapi lebih pada belahan telemetrinya.
Saya juga mengklarifikasi dengan tegas bahwa semua kekhilafan dan kebohongan yang terimplikasi pada berita-berita yang saya jelaskan sebelumnya tidaklah mempengaruhi integritas saya dalam melaksanakan penelitian jadwal doktoral saya pada bidang interactive intelligence. Hal ini dibuktikan dengan publikasi penelitian saya bersama anggota-anggota gmp kami di beberapa jurnal dengan metode peer review, serta disertasi saya yang telah berhasil difinalisasi. Publikasi mengenai penelitian saya sanggup dilihat pada portal Scopus, ataupun pada portal ResearchGate.
Saat ini, dimulai pada tanggal 25 September 2017, pihak TU Deflt melaksanakan serangkaian sidang isyarat etik terhadap saya, berkaitan dengan informasi-informasi yang telah hingga ke mereka, termasuk beberapa yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya. Hingga penjelasan ini saya sampaikan, TU Delft masih berada dalam proses pengambilan sikap/keputusan.
XI. Permohonan Maaf dan Penutup
Sebagai penutup, sekali lagi saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi yang tidak benar terkait dengan pribadi, kompetensi, dan prestasi saya. Saya mengakui dengan jujur kesalahan/kekhilafan dan ketidakdewasaan saya, yang berakibat pada terjadinya//-ammg, distorsi informasi atau manipulasi fakta yang sesungguhnya secara luas yang melebih-lebihkan kompetensi dan prestasi saya. Saya sangat berharap sanggup berkenan untuk dibukakan
pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Untuk itu saya berjanji:
1. Tidak akan mengulangi kesalahan/perbuatan tidak terpuji ini lagi,
2. Akan tetap berkarya dan berkiprah dalam bidang kompetensi saya yang sesungguhnya dalam sistem
komputasi dengan integritas tinggi,
3. Akan menolak untuk memenuhi pemberitaan dan undangan berbicara resmi yang di luar kompetensi saya sendiri, utamanya apabila saya dianggap spesialis satellite teclmology and rociet development, dan otak di balik pesawat tempur generasi keenam.
Klarifikasi ini saya sampaikan dan tanda tangani atas dasar kesadaran sepenuhnya dari diri saya tanpa
paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Saya juga ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat alumni dan mahasiswa TU Delft yang telah mengutamakan pendekatan persuasif dalam menuntaskan permasalahan ini, dan telah berperan aktif membantu memfasilitasi saya dalam melaksanakan klarifikasi.
Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya menyerupai yang tertulis di dokumen ini yaitu murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan sikap pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum.
Demikian pernyataan penjelasan dan permohonan maaf ini saya sampaikan.
Delft, 7 Oktober 2017
Hormat saya,
Dwi Hartanto
Kebohongan demi kebohongan Dwi Hartanto telah terbongkar. Namun tidak sanggup dipungkiri, selama ini informasi yang telah ia sampaikan telah memakan korban atau merugikan sejumlah tokoh nasional dan forum penting.
Berikut ini 5 tokoh dan forum yang dirugikan oleh kebohongan Dwi Hartanto:
1. B.J Habibie
Dwi Hartanto mencatut nama H.J Habibie untuk melambungkan namanya. Dengan klaim, Habibie pernah mengajaknya bertemu di Belanda dan memintanya untuk mempertahankan kewarganegaraan Indonesia. Padahal pertemuan dengan Habibie sama sekali tidak pernah terjadi.
Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng yaitu Presiden RI ketiga. Ia pernah berilmu di SMAK Dago. Ia berguru teknik mesin di Universitas Indonesia Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, mendapatkan gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas undangan mantan presiden Soeharto.
2. Menristek Dikti Muhammad Nasir
Pada Desember 2016, Menristek mengundang ilmuwan diaspora yang mengajar dan meneliti di luar negeri dalam jadwal Visiting World Class Professor. Saat itu forum yang dipimpin oleh Muhammad Nasir ini juga mengundang Dwi Hartanto untuk membuatkan pengalaman dengan para mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
3. Duta Besar Indonesia untuk Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja
Bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan RI, tanggal 17 Agustus 2017, Dubes Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja memberikan perhargaan secara khusus pada Dwi Hartato alasannya yaitu dinilai telah berprestasi. Namun penghargaan itu hanya berumur kurang dari sebulan sebelum jadinya dicabut pada 15 September 2017 sehabis kebohongan Dwi Hartanto terbongkar.
4. Najwa Shihab
Karena pemberitaan terkait prestasi Dwi Hartanto, jadwal Najwa Shihab mewawancarai Dwi Hartanto untuk jadwal Metro TV secara khusus di Belanda. Saat itu, Dwi Hartanto memberikan sejumlah kebohongan yang disampaikan dalam jadwal bertajuk "Menjemput Impian" yang ditayangkan oleh Metro TV pada bulan Agustus
2017.
Sejumlah kebohongan yang disampaikan di antaranya yaitu Dwi Hartanto mengaku berusia 28 tahun, padahal ia terlahir pada 13 Maret 1982. Ia mengaku kuliah Sl di Tokyo Institute of Technology, Jepang. Padahal kuliahnya di Institut
Sains dan Teknologi Akademi Perindustrian (1ST AKPRIND) Yogyakarta. Serta sejumlah klaim prestasi lainnya.
5. PPI Belanda dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional menjadi forum yang dirugikan dari klaim prestasi yang dilakukan oleh Dwi Hartanto. Perbuatan tidak pantas tersebut mencoreng nama pelajar dan ilmuwan Indonesia, meskipun perkara ini dilakukan oleh Dwi Hartanti secara individu.
Beruntung, PPI Belanda jadinya melaksanakan pemeriksaan dan membongkar kebohongan besar yang dilakukan oleh Dwi Hartanto. Jika tidak dihentikan, bukan tidak mungkin, Dwi Hartanto terus melaksanakan kebohongan-kebohongan lainnya yang sanggup merugikan publik. Selain itu, sejumlah prestasi yang diklaim oleh Dwi Hartanto tentu akan menarik perhatian perusahaan dan forum di Tanah Air. Ini sangat berbahaya jikalau orang yang tidak mempunyai kompetensi direkrut untuk proyek strategis.
0 comments:
Post a Comment